Halaman

Rabu, 26 Agustus 2015

Merintis pesantren berbasis penulisan dan peternakan di Rumah Pelangi



Alhamdulillah Rumah Pelangi masih istiqomah bergeliat dalam dunia literasi.meski harus berjalan terhuyung,tapi kadang bisa berdiri tegak,bahkan membusungkan dada.

Aneka rupa kegiatan yg berbau literasi selalu kita coba hadirkan di dalam Rumah Pelangi.ada kelas gambar,kelas menulis,bedah film,musikalisasi puisi dan kegiatan lain yg beririsan dengan literasi
Di tahun 2015 ini,kami.mencoba meracik dan menyusun puzle masa depan. Kami ingin merintis dan menghadirkan nuansa pesantren namun berbalut suasana literasi.

Kami pun memutar otak,mulai bulan ini (agustus 2015), akan mengadakan TPA bagi anak2 (meski bapak2 sudah ada duluan). Sebuah upaya rintisan pesantren impian dari hal kecil apa yg bisa kami lakukan.apa bedanya TPA (baca: belajar mengaji). Prinsipnya sama,kami menggunakan metode iqro.tapi yg membedakan,tiap akhir pekan anak2 akan kita pinjami buku cerita tuk dibawa pulang,lantas bapak/ibu mereka kita minta tuk menceritkan kisah dalam buku tersebut di rumah.berharap membangun kedekatan anak dan ortu dengan buku.pertemuan minggu depan,anak2 kita minta bercerita apa yg telah diceritakan ortu mereka.

Ya,literasi dari Rumah Pelangi yg akan melibatkan keluarga.
Dengan konsep yg sangat sederhana, setia pada proses, berjalan setapak demi setapak, dan konsep2 lainnya yg terus akan kita gulirkan.

Senin, 24 Agustus 2015

Penumpang Gelap di TBM





TBM tanpa ruh literasi memang bakal terasa sangat berat, untuk bisa bergeliat dan terus bernafas. Berbagai jalan ditempuh, meski tanpa kucuran dana dari pemerintah, tetapi akan terus ada manusia berhati malaikat yang tak terduga yang akan muncul tiba-tiba.

Tapi, seyogyanya pemerintah hadir membersamai geliat taman baca yang tumbuh bak cendawan, meski tidak dipungkuri ada penumpang gelap yang hanya ujung-ujungnya mencari dana proyek.

Dari pengamatan saya, TBM mandiri lebih bisa bertahan hidup, karena mereka sudah terbiasa bergerilya dengan segala upaya dan nyawa cadangan mereka. 

Banyak TBM yang hanya sekedar tempelan dan pelengkap lembaga yang sudah berdiri. Saya salut dengan semangat para pejuang TBM mandiri dengan kreatifitas di jalan sunyi, mereka bisa hidup meski harus tersedak-sedak.

Peran FTBM lah yang seharusnya memvalidasi TBM mana yang bisa dikucuri dana oleh pemerintah. Bukan TBM yang lewat pintu belakang tapi miskin kegiatan dan tak tahu dunia literasi. Semoga…salam literasi